Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nasib Sang Bentala


Ribuan tahun lalu, hijau tak bertepi sang bentala
Namun kini, kering kerontang menahan duka
Ibu Pertiwi menangis menatap bumi, nanar
Hamparan rerumputan dan hutan musnah terbakar
Ribuan tahun lalu, angin masih segar menenangkan
Namun kini, berubah menjadi virus yang mematikan
Tuhan, jangan marah kami salah
Sebab sepanjang jalan dihiasi sampah
Bumiku yang kusebut sang bentala
Terus lah lestari meski banyak sekali luka
Pada orang-orang yang tak berperikemanusiaan
Sibuk pada kemajuan, hingga usia bentala terlupakan
Pada hutan-hutan rimba yang mulai gersang
Pada lautan yang berubah menjadi daratan padang
Pada pepohonan yang tak lagi sekuat niskala
Menopang segala badai dan bencana
Bumi ku yang kusebut sang bentala
Teruslah lestari meski banyak sekali luka
Pada rasa jerih hatiku bertanya
Bagaimana jadinya jika engkau lelah menopangnya?
Bagaimana jadinya jika engkau memilih menyerah pada lara?



NASIB SANG BENTALA
By: Ann Nantri

Posting Komentar untuk "Nasib Sang Bentala"